Tayang Film dan Timbang Pandang BARONG KUNTI SRAYA

Sabtu, 12 Agustus 2017, pukul 18.00 WITA

Selain tersohor dengan karya seni topengnya, Desa Singapadu, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar ini tak bisa dipisahkan dari keberadaan seni pertunjukan Bali, yakni dramatari Barong Ket dan dramatari Topeng –hingga kini masih dipertahankan dan bahkan dikembangkan oleh warga desa tersebut. Tidak heran bila hampir setiap banjar di lingkungan desa itu memiliki barong yang menandakan pula masih tetap eksisnya dramatari Barong Ket dengan lakon Calonarang yang terkenal serta sudah ada sejak abad ke XIX. Adapun Barong Ket dengan lakon Kunti Sraya, seringkali disebut sebagai Barong Kunti Sraya, diciptakan belakangan, yaitu pada tahun 1948 oleh tiga serangkai: Ida Cokorda Oka, I Wayan Geria dan I Made Kredek.

Barong Kunti Seraya diciptakan di Banjar Sengguan, Singapadu, dalam pertunjukannya memadukan unsur-unsur bebarongan (Calonarang), Palegongan dan Pagambuhan. Dari tradisi Barong Ket ini kemudian lahir penari-penari Barong Ket (juru bapang). Di antara para nama-nama yang masih diingat oleh masyarakat setempat adalah seperti I Ketut Rujag, I Wayan Monolan dan I Made Gina. Dari generasi berikutnya muncul I Wayan Dibia dan I Nyoman Rawos yang merupakan binaan langsung dari I Made Kembur dari Bungkasa Badung. Generasi penari barong dan yang paling muda adalah I Made Musliana yang tiada lain cucu dari I Wayan Monolan. Hingga awal tahun 1960an, Desa Singapadu adalah satu-satunya daerah di Bali yang memiliki pertunjukkan Barong secara rutin untuk para wisatawan.

Timbang pandang kali ini secara khusus akan mendialogkan perihal “Barong Kunti Sraya”, berangkat dari buku berjudul serupa, karya Dr. Ni Luh Swasti Wijaya Bandem, SST. Tampil sebagai narasumber yakni Prof. Dr. I Wayan Dibia, SST, MA, I Ketut Kodi, SSP, M.Si. dan Dr. Ni Luh Swasthi Wijaya Bandem, SST. Selain itu, agenda ini turut dimaknai pemutaran dokumenter “Barong Kunti Sraya” yang bersumber dari film Bali 1928, hasil repatriasi atas kerjasama STMIK STIKOM Bali dan Arbiter Cultural and Traditions New York. Tayang film ini akan disertai pengantar atau narasi oleh Marlowe Makaradhwaja.

Profil Narasumber :

N.L.N. Swasthi Wijaya Bandem (N.L.N. Suasthi Widjaja) adalah seniman tari Bali kelahiran Denpasar 23 Mei 1946. Sebagai koreografer, ia telah menciptakan sejumlah tari, antara lain: Tari Tantri (1982), Dramatari Tantri (1983), Angling Darma (1984), Tari Belibis, Dramatari Kindama, Tari Cendrawasih, Tari Puspanjali, Sendratari Dalem Balingkang, Tari Siwa Nataraja, Tari Sekar Jagat, The Oracle of Bali, Tari Saraswati, Tari Gadung Kasturi, dll. Sedari tahun 1977 hingga 1980 dia adalah pengajar tari Bali di Weslean University Connecticut USA. Selain itu ia juga sempat mengajar di STSI (ISI) Denpasar. Sempat menjabat sebagai Kepala UPT Pusat dokumentasi seni lata Mahosadhi. ISI Denpasar (1992-1998).

Dr. I Wayan Dibia, lahir di Singapadu, 12 April 1948. Meraih gelar PhD dari University of California, Amerika Serikat (1992) serta guru besar bidang koreografi dari STSI Denpasar (1999). Ia pernah melawat dan berpentas ke berbagai negeri, antara lain di Iran (1969), Jerman (1975), Hongkong (1977), serta Singapura (1977). Sedangkan pentasnya di dalam negeri antara lain, Dramatari ‘Calonarang Katundung Ratnamanggali’ (Yogyakarta, 1974), Dramatari ‘Sunda Upasunda’ (Yogyakarta, 1975), Dramatari ‘Cak Subali Sugriwa’ (Denpasar, 1975), Dramatari ‘Cak Dewa Ruci’ (1982), Sendratari ‘Abimanyu Gugur’ (Denpasar, 1976) dan Dramatari ‘Apa’ (Denpasar, 1977). Beberapa hasil karya tarinya seperti : Tari Manuk Rawa yang diciptakan bersama I Wayan Beratha pada tahun 1981, Tari Puspa Wresti, Tari Wirayuda dll. Bersama Sanggar Tari Bali Waturenggong di Denpasar ini, berkolaborasi dengan seniman I Made Bandem MA, dalam Dramatari Topeng ‘Puputan Badung’ (Denpasar, 1977), dengan Ikranagara menata drama ‘Rimba Triwikrama’ (Jakarta, 1978), serta Keith Terry memproduksi tarian terkenal ‘Tjak’ (1990). Buku-bukunya yakni, ‘Catatan Beberapa Seni Pertunjukan Bali’ (sebuah karya bersama ASTI Denpasar, 1977), ‘Perkembangan Seni Tari Bali’ (Proyek Sasana Budaya Bali-Denpasar) dan ‘Pengantar Karawitan Bali’ (ASTI Denpasar, 1978).

I Ketut Kodi, SSP, M.Si adalah dosen Pedalangan di Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar. Ia dikenal sebagai sosok dalang ternama multitalenta, dengan suara yang khas. Selain mendalang, ia juga merupakan seorang seniman calonarang. Bersama tim kesenian ISI Denpasar ia melawat dan berpentas ke India pada tahun 2011 dalam tajuk “Bali Puppets Meet India Puppets”. Ia juga sempat menyutradarai garapan Seni Pakeliran Inovatif “Wayang Sampat Somya”, dipentaskan oleh Sanggar Seni Singatsu, Singapadu, pada Bali Mandara Mahalango 2014.

Tinggalkan komentar