DIALOG SASTRA #61 “BERSAMA M. AAN MANSYUR & AGUSTINUS WIBOWO”

Sabtu, 27 Oktober 2018, pukul 17.00 WITA

Dialog Sastra #61 kali ini menghadirkan dua penulis, yakni M. Aan Mansyur dan Agustinus Wibowo. Keduanya akan berbagi seputar perkembangan terkini budaya literasi di kalangan generasi milenal. Di samping itu, juga kiat-kiat menulis baik karya puisi maupun prosa, termasuk kisah perjalanan.

Program ini merupakan kerjasama dengan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Suara Satwa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, serta didukung pula Ubud Writers and Readers Festival 2018, selaras memaknai Sumpah Pemuda dan Bulan Bahasa yang jatuh pada bulan Oktober, merujuk tajuk “Suara Semesta, Menggapai Rindu Pada Sastra”.

Selain dialog sastra, program perayaan Bulan Bahasa ini dirangkaikan pula Lomba Cipta Puisi yang diikuti peserta dari kalangan pelajar SMA/SMK se-Bali dan Mahasiswa se-Indonesia, serta Lomba Film Pendek yang terbuka bagi Mahasiswa se-Indonesia. Melalui momentum ini, diharapkan dapat terbangun karakter pemuda Indonesia yang idealis dan intelek, seraya membangun kesadaran akan pentingnya bahasa dan literasi dalam mempererat persatuan serta memajukan bangsa.

M. Aan Mansyur, kelahiran Bone, Sulawesi Selatan, 14 Januari 1982 ini merupakan penulis puisi dan cerpen. Selain Tak Ada New York Hari Ini, Aan juga punya setumpuk kumpulan puisi yang ia lahirkan. Buku kumpulan puisinya, antara lain Hujan Rintih-Rintih (2005), Aku Hendak Pindah Rumah (2008), Cinta yang Marah (2009), Sudahkah Kau Memeluk Dirimu Hari Ini? (2012), Tokoh-tokoh yang Melawan Kita dalam Satu Cerita (2012), dan Melihat Api Bekerja (2015). Aan juga menulis kumpulan cerita, yakni Perempuan, Rumah Kenangan (2007), Kukila (2012) dan Lelaki Terakhir yang Menangis di Bumi (2015).

Agustinus Wibowo merupakan penulis dan fotografer perjalanan. Langkahnya bermula pada tahun 2005 ketika Agustinus memulai petualangan perjalanan darat keliling Asia, berangkat dari China melintasi negara-negara Asia Selatan dan Asia Tengah, hingga menetap sebagai jurnalis foto di Afghanistan selama tiga tahun. Buku pertamanya adalah Selimut Debu: Impian dan Kebanggaan dari Negeri Perang Afghanistan (2010), disusul dengan Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah (2011). Buku ketiganya, dan Titik Nol: Sebuah Makna Perjalanan (2013).

Tinggalkan komentar