Jumat, 25 Mei 2018, pukul 19.00 WITA
Gamelan gong kebyar, lahir pada awal abad ke-20 (1915), yang merupakan musik gamelan kontemporer (new music), kini telah menjadi musik tradisi. Walaupun keberadaannya dari segi jumlah keseluruhan gamelan di Bali (kuantitas) masih mendominasi, namun kenyataan sekarang sudah ada gejala bahwa lebih mengemuka sebagai komoditi musik populer yang belakangan kian sepi peminat dan pengunjung. Kualitas musik yang sebelumnya sangat tinggi, kini perlahan-lahan meredup seakan sedang kehilangan arah untuk kembali ke jati dirinya. Apakah di abad milenium ini musik kebyar akan terpinggirkan oleh musik-musik gamelan baru yang tumbuh dan berkembang belakangan ini?
Kebyar dapat dilihat dari dua sisi, yaitu kebyar sebagai media (fisical) dan kebyar sebagai musik. Sebagai media gamelan kebyar merupakan hasil olahan lokal genius yang mumpuni, terdiri dari orkestrasi yang sangat lengkap, pelarasan yang unik dan mempunyai barungan tersendiri. Sebagai musik, kebyar mempunyai nilai-nilai universal sehingga memungkinkan untuk dikemunikasikan dengan musik-musik dunia, termasuk musik barat ataupun world musik.
Pentas Gamelan Salukat bersama komposer Dewa Alit di Bentara Budaya Bali kali ini mencoba membaca fenomena Kebyar tersebut, sekaligus menawarkan sebentuk komposisi Kebyar Baru. Akan ditampilkan sejumlah komposisi, antara lain: Kedituan (new music for gamelan), Land Is Talking (music for ricikan and gong), GeringSing (tari baru model palegongan klasik, koreografer Dayu Arya Satyani) dan Somewhere There (music for piano/ carillon and gamelan kebyar). Sebagai pianis Tomoko Nishizawa.
Kebyar Baru merupakan pencarian unsur-unsur materi komposisi yang bersifat eksperimental, sehingga menghasilkan tetabuhan yang belum hadir di musik-musik kebyar sebelumnya (new composition). Jadi, yang baru adalah musiknya. Bukan bentuk fisiknya sebagai media-ensambel gamelan. Kebaruan tidak saja mengenai bagaimana musiknya bersifat baru, namun yang tidak kalah penting juga adalah bagaimana kebaruan tersebut berdampak pada para musisi, baik dari segi tehnik, estetika ataupun pemahaman dalam kontek pengetahuan tentang kebaruan musik itu sendiri.
Pertunjukan Kebyar Baru ini menawarkan pergerakan kesenian yang inovatif dengan harapan agar seni musik kebyar tidak terjebak pada pengertian sempit dalam kehidupannya yang mapan dan monoton pada wilayah musik tradisional. Dengan cara menggali secara mendalam, mengarah pada pencarian kemungkinan-kemungkinan lain, me-rekonstruksi baik dari segi konsep musikal maupun dari segi komposisitoris, serta tidak mengabaikan nilai-nilai fundamental musik kebyar yang nampak antara lain dalam instrumentasi, sistem pelarasan, tehnik permainan, dan cara penyajiannya yang tradisi lisan (oral tradition), maka niscaya kehidupan musik kebyar akan lebih segar dan bergaerah di era milenium ini.
Ini bukan kali pertama Bentara Budaya Bali menampilkan ragam seni pertunjukan yang menawarkan bentuk-bentuk eksplorasi baru atau konsep baru terhadap gamelan Bali. Sebelumnya, pernah ditampilkan Triple 2: New Music for Gamelan “A Tribute to Wayan Sadra” (2011), Konser Internasional Musik Gamelan Baru “North to South” (2013) yang menghadirkan Sekaa Gita Asmara –Kanada (pimpinan I Wayan Sudirana, Ph.D), Grup Gamelan Padhang Monchar dan Taniwha Jaya New Zealand School of Music (arahan Budi S Putra & Jack Body), Sekaa Gamelan Salukat (arahan Dewa Alit), dan Werdi Swaram (arahan Gde Yudane), dll.
Tak ketinggalan, Bentara Budaya Bali juga sempat mengetengahkan 7 seri program Komponis Kini “A Tribute to Lotring”, yakni sebuah upaya re-formasi, memberi format dan pemaknaan baru (re-interpretasi) terhadap gending-gending yang tergolong klasik atau yang sudah ada, sekaligus melakukan penciptaan (re-kreatif) yang (sama sekali) baru, buah respon perenungan yang panjang atas perjalanan ragam seni ini. Agenda ini berlangsung sedari Juni – Desember 2017. Sebagai kurator yakni I Wayan Gde Yudane, Dewa Alit dan I Wayan Sudirana.
Dewa Alit lahir dari keluarga seniman di Bali pada tahun 1973. Sedini muda ini telah bersentuhan dengan gamelan Bali. Tidak hanya bermain gamelan, sedari remaja Dewa Alit telah membuat komposisi dan kini iadiakui sebagai salah satu komposer gamelan terkemuka untuk generasinya di Bali. Ia juga dikenal memiliki pendekatan yang terbilang ‘’avantgrade” namun tetap mempertimbangkan nilai-nilai tradisi dalam musiknya. Karyanya “Geregel” (2000) sangat berpengaruh baik di Bali maupun di luar negeri, menjadi bahan analisis 50 halaman pada “ The Perspectives on New Music”. Ia kerap diundang untuk mengajar dan membuat komposisi gamelan Bali di luar negeri. Di antaranya komposisi “Semara Wisaya” yang ditulis untuk kelompok gamelan yang berbasis di Boston, Galak Tika di Massachusetts Institute of Technology, dan ditampilkan di New York Carnegie pada tahun 2004; “Pelog Slendro” ditampilkan di Bang on a Can Marathon (Juni 2006). Dia juga menulis musik untuk ensambel non-gamelan seperti MIT’s Gamelan Electrika dan Talujon Percussion, USA. Komposisi berjudul “Open My Door” ditulisnya tahun 2014 untuk Ensemble Modern dari Frankfurt, Jerman.
Dewa Alit mendirikan grup Gamelan Salukat pada 2007, mengkhususkan diri dalam memainkan komposisi-komposisi terkini ciptaan Dewa Alit. Gamelan Salukat telah melakukan tur ke USA dengan Bang on the Can, USA dalam produksi opera baru Evan Ziporyn “A House in Bali” pada tahun 2009 dan 2010. Kelompok ini sekarang mempersiapkan tur Eropa pertama mereka pada bulan Juni 2018.
Gamelan Salukat diciptakan oleh komposer Dewa Alit, penamaannya mengacu pada akar kata ‘Salu” yang berarti rumah dan “Kat” yang menandakan regenerasi atau kelahiran kembali. Maka Salukat merefleksikan satu pemaknaan perihal kelahiran kreativitas baru yang tetap berakar pada kekayaan tradisi. Gamelan Salukat adalah satu set baru, terdiri dari 7 nada gamelan yang dikembangkan oleh Dewa Alit, berakar dari spirit ansamble gamelan Bali kuno seperti Selonding, Gambang, Gong Luang dan Semara Pagulingan. Gamelan yang unik ini adalah refleksi dari akar yang kuat Dewa Alit di musik tradisional serta harapannya untuk mengakomodasi tantangan yang dia hadapi dalam menciptakan jalan baru dalam musik gamelan Bali. Instrumen gamelan Salukat merupakan satu set barungan baru yang dituning dan didesain oleh Dewa Alit sendiri.